BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
A. SEJARAH TENTANG TANAMAN ASAM DARI MORFIN
Morfin adalah alkaloid analgesik yang sangat kuat dan merupakan agen aktif utama yang ditemukan pada opium. Opium berasal dari getah putih yang keluar dari kelopak mentah bunga tanaman Papaver somniferum atau biasa disebut tanaman poppy. Tanaman ini tumbuh subur disekitar dataran Amerika Utara, Eropa, Asia, dan Australia. Banyak sekali spesies tanaman dari golongan papaveraceae, tapi tidak ada yang sebanding dengan Papaver somniferum. Kelopak bunga poppy ini kemudian banyak digunakan sebagai obat selama berabad-abad sebagai penghilang rasa sakit, pelemas otot yang kejang, diare, hingga keracunan.
Opium dikenal sejak zaman Yunani Kuno. Opium berasal dari kata "opion" yang berarti sari atau getah tanaman poppy. Tanaman poppy yang siap untuk dijadikan opium terlihat pada kulit kelopak bunganya yang matang dengan bilah daun yang meruncing. Kelopak itu kemudian diiris untuk mengeluarkan getah putih yang kemudian dikeringkan menjadi resin berwarna kecokelatan yang agak lengket.
Opium yang dihasilkan memiliki beberapa warna mulai dari kuning hingga hitam kecokelatan serta memiliki bau khas dengan rasa agak pahit. Opium menghasilkan alkaloid berupa morfin yang termasuk dalam kategori narkotika.
Antara tahun 1803 hingga 1805, apoteker muda asal Jerman, “Friedrich Wilhelm Adam Serturner”, berhasil mengisolasi kristal morfin yang terbuat dari resin opium. Isolasi ini kemudian digunakan para dokter sebagai penawar rasa sakit pada dosis tertentu. Namun demikian, morfin dapat meningkatkan resiko kematian pasien karena depresi pada saluran pernapasan. Opium sangat lekat dengan perkembangan dunia medis. Opium sering digunakan sebagai analgetik, terutama setelah ditemukannya morfin. Morfin dapat mengurangi rasa sakit yang diderita pasien, tapi potensi ketergantungan setelah pemakaian sangat tinggi.
1.2. RUMUSAN MASALAH
§ Mengidentifikasi sifat dan rumus bangun dari Morfin
§ Mengidentifikasi efek-efek yang ditimbulkan oleh Morfin
§ Mengetahui cara pengobatan dan cara sampling Morfin
§ Menganalisis Morfin secara Kualitatif dan Kuantitatif
1.3. TUJUAN DAN MANFAAT
ª Dengan mengidentifikasi sifat dan rumus bangun kita dapat mengetahui, sifat-sifat dari Morfin.
ª Dengan mengidentifikasi efek dari Morfin kita dapat megetahui, seperti apa efek yang ditimbulkan oleh Morfin setelah penggunaan.
ª Dengan mengidentifikasi cara pengobatan dan cara sampling Morfin, kita dapat mengetahui obat apa yang digunakan untuk mengurangi kecanduan Morfin serta bagaimana cara sampling untuk sampel Morfin pada pecandu.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. MORFIN
a) Morfin secara umum.
gambar: bunga tanaman Papaver somniferum
Morfin adalah alkaloid analgesik yang sangat kuat dan merupakan agen aktif utama yang ditemukan pada opium. Morfin bekerja langsung pada sistem saraf pusat untuk menghilangkan rasa sakit. Morfin (INN) (diucapkan / n mɔrfi ː / ) ( MS T'rusk , MSIR , Avinza , Kadian , Oramorph , Roxanol , Kapanol ) adalah potensial candu analgesik obat dan dianggap sebagai prototipikal opioid . Dalam dunia kedokteran morfin merupakan analgesik narkotik yang biasa digunakan dalam operasi dan biasanya digunakan pada tentara di medan perang yang terkena tembakan pistol ataupun terkena tusukan benda tajam yang dengan terpaksa dalam keadaan darurat digunakan untuk menahan rasa sakit yang sangat berat. Morfin merupakan agonis reseptor opioid, dengan efek utama mengikat dan mengaktivasi reseptor µ-opioid pada sistem saraf pusat. Aktivasi reseptor ini terkait dengan analgesia, sedasi, euforia, physical dependence dan respiratory depression. Morfin juga bertindak sebagai agonis reseptor κ-opioid yang terkait dengan analgesia spinal dan miosis.
Morfin diberikan secara parenteral dengan injeksi subkutan, intravena, maupun epidural. Saat diinjeksikan, terutama intravena, morfin menimbulkan suatu sensasi kontraksi yang intensif pada otot. Oleh karena itu bisa menimbulkan semangat luar biasa. Tak heran bila di kalangan militer terkadang menggunakan autoinjector untuk memperoleh manfaat tersebut.
Pemberian secara oral, biasa dalam sediaan eliksir, solusio, serbuk, atau tablet. Morfin jarang disuplai dalam bentuk suppositoria. Potensi pemberian oral hanya seperenam hingga sepertiga dari parenteral. Hal ini dikarenakan bioavailabitasnya yang kurang baik. Saat ini morfin juga tersedia dalam bentuk kapsul extended-release untuk pemberian kronik dan juga formulasi immediate-release.
Potensi analgesik yang kuat, akhirnya membuat morfin menjadi cara untuk mengatasi kasus nyeri parah di rumah sakit. Misalnya saja, mengatasi nyeri pasca bedah, nyeri karena trauma, mengurangi nyeri parah kronik misalnya pada penderita kanker dan batu ginjal serta nyeri punggung. Di samping itu, morfin juga digunakan sebagai adjuvan pada anestesi umum. Morfin adalah alkaloid analgesik yang sangat kuat dan merupakan agen aktif utama yang ditemukan pada opium. Penggunaan morfin harus disesuaikan dengan dosis dan frekuensi yang tepat. Penyalahgunaan morfin akan berakibat pada ketagihan yang bisa menimbulkan masalah social dan ekonomi.
Keracunan morfin dapat terjadi secara akut dan secara kronis. Keracunan akut biasanya terjadi akibat percobaan bunuh diri atau dosis yang berlebihan. Keracunan kronis terjadi akibat pemakaian berulang-ulang dan inilah yang sering terjadi. Adiksi (kecanduan) atau “morfinisme” tidak lain dari pada suatu keadaan keracunan kronis. Adiksi morfin ditandai dengan adanya habituasi, ketergantungan fisik dan toleransi. Gejalanya antara lain merasa sakit, iratabilitas, tremor, lakrimasi, berkeringat, menguap, bersin-bersin, anoreksia, midriasis, deman, pernafasan cepat, muntah-muntah, kolik, diare dan pada akhirnya penderita mengalami dehidrasi, ketosis, asidosis, kolaps kardiovackuler yang bisa berakhir dengan kematian.
b) Sifat Morfin
Sifat morfin yaitu khasiat analgesik morfin lebih efektif pada rasa nyeri yang terputus-putus (interminten) dan yang batasnya tidak tegas. Dalam dosis cukup tinggi, dapat menghilangkan kolik empedu dan uretur. Morfin menekan pusat pernafasan yang terletak pada batang otak sehingga menyebabkan pernafasan terhambat. Kematian pada kelebihan dosis morfin umumnya disebabkan oleh sifat menghambat pernafasan ini. Efek menekan pernafasan ini diperkuat oleh fenotiazin, MAO-I dan imipramin. Sifat morfin lainnya ialah dapat menimbulkan kejang abdominal, muka memerah, dan gatal terutama di sekitar hidung yang disebabkan terlepasnya histamin dalam sirkulasi darah, dan konstipasi, karena morfin dapat menghambat gerakan peristaltik. Melalui pengaruhnya pada hipotalamus, morfin meningkatkan produksi antidiuretik hormon (ADH) sehingga volume air seni berkurang. Morfin juga menghambat produksi ACTH dan hormon gonadotropin sehingga kadar 17 ketosteroid dan kadar 17-hidroksi kortikosteroid dalam urine dan plasma berkurang. Gangguan hormonal ini menyebabkan terganggunya siklus menstruasi dan impotensi.
§ Farmakodinamik
Efek morfin terjadi pada susunan syaraf pusat dan organ yang mengandung otot polos. Efek morfinpada system syaraf pusat mempunyai dua sifat yaitu depresi dan stimulasi. Digolongkan depresi yaitu analgesia, sedasi, perubahan emosi, hipoventilasi alveolar. Stimulasi termasuk stimulasi parasimpatis,miosis, mual muntah, hiperaktif reflek spinal, konvulsi dan sekresi hormon anti diuretika (ADH). .(Latief dkk, 2001; Sarjono dkk, 1995; Wibowo S dan Gopur A., 1995; Omorgui, 1997).
§ Farmakokinetik
Morfin tidak dapat menembus kulit utuh, tetapi dapat menembus kulit yang luka. Morfin juga dapatmenembus mukosa. Morfin dapat diabsorsi usus, tetapi efek analgesik setelah pemberian oral jauhlebih rendah daripada efek analgesik yang timbul setelah pemberian parenteral dengan dosis yangsama. Morfin dapat melewati sawar uri dan mempengaruhi janin. Ekskresi morfin terutama melaluiginjal. Sebagian kecil morfin bebas ditemukan dalam tinja dan keringat
c) Rumus bangun Morfin
© Gambar morfin (serbuk)
N Gambar struktur morfin (rumus bangun)
d) Efek & Gejala
¨ Efek umum
§ Penurunan kesadaran
§ Euphoria (rasa gembira luar biasa) rasa inilah yang sering dicari oleh penyalahguna morfin
§ Rasa kantuk, lesu, dan penglihatan kabur.
§ Morfin juga mengurangi rasa lapar, merangsang batuk, dan menyebabkan konstipasi.
§ Morfin menimbulkan ketergantungan tinggi, insomnia dan mimpi buruk
§ Rasa batinnya yang tertekan (depresi) hilang
§ Daya konsentrasi pikiran terganggu menyebabkan sukar berpikir dan apatis
§ Pupil mata menyempit ( pin point pupil ), tekanan darah turun, denyut nadi lambat, suhu badan sedikit menurun, dan otot-otot menjadi lemah.
§ Pemakai morfin akan merasa mulutnya kering, seluruh badannya hangat, dan anggota badan terasa berat,
§ Malas bergerak dan bicara cadel
§ Pada orang yang belum pernah memakai morfin atau opioida pada umumnya serta sedang tidak menderita suatu rasa nyeri, dapat timbul reaksi yang berlawanan, yaitu timbulnya perasaan tidak enak (disforia) yaitu rasa cemas, ketakutan, mual, dan muntah. Kadang-kadang timbul reaksi idiosinkratik berupa insomnia, urtikaria, perdangan di sekitar tempat disuntik dan syok
¨ Efek kerja dari morfin (dan juga opioid pada umumnya) relatife selektif, yakni tidak begitu mempengaruhi unsur sensoris lain, yaitu rasa raba, rasa getar (vibrasi), penglihatan dan pendengaran ; bahkan persepsi nyeri pun tidak selalu hilang setelah pemberian morfin dosis terapi.
¨ Efek analgesik morfin timbul berdasarkan 3 mekanisme ; (1) morfin meninggikan ambang rangsang nyeri ; (2) morfin dapat mempengaharui emosi, artinya morfin dapat mengubah reaksi yang timbul dikorteks serebri pada waktu persepsi nyeri diterima oleh korteks serebri dari thalamus ; (3) morfin memudahkan tidur dan pada waktu tidur ambang rangsang nyeri meningkat.
¨ Gejala
Untuk gejala yang ditimbulkan akibat pemakaian Morfin yang dihentikan (gejala putus obat) secara mendadak pada pecandu yaitu akan mengalami Syndroma Abstinensia, yaitu gejala yang timbul karena pemakaian obat yang dihentikan secara mendadak.
Syndroma Abstinensia akan muncul setelah 8-13 jam ketika masa kerja obat habis. Badan akan mengigil, dari hidung akan keluar cairan seperti waktu terkena flu, pupil mata akan melebar, bulu roma akan berdiri ,sementara rasa dingin bertambah kuat. Inilah yang disebut cold turkey. Setelah 48 jam bakal terjadi kejang perut yang disertai rasa sakit yang lumayan hebatnya dan diare berat (buang air besar 60 kali sehari). Keringat akan keluar bercucuran membasahi tempat tidur. Berat tubuh akan turun drastis. Jika mereka dibiarkan selama 7-10 hari , kemungkinannya ada dua. Sembuh total dengan disertai rasa kapok untuk memakainya lagi atau meninggal dunia.
Selain gejala Syndroma Abstinensia, ada gejala lain yang lebih umum ditunjukkan oleh pecandu yang mengalami gejala putus obat/penghentian penggunaan Morfin secara mendadak yaitu Keringat berlebih, kejang otot, menggigil, gelisah, menguap, tidur terganggu, lekas marah, cemas, kelelahan, mual, anoreksia, muntah , kejang usus, diare, bersin-bersin, rasa panas dan dingin, nyeri perut dan kram. Sering terjadi juga peningkatan suhu tubuh, tekanan darah, laju pernapasan dan denyut jantung.
e) Cara Sampling Pada Keracunan Morfin
§ Cara sampling
- Sisa bahan atau obat
- Muntahan pecandu
- Bilasan lambung
- Tinja
- Cairan tubuh : darah, urine, secret
- Organ tertentu : ginjal, hati, jantung dll.
f) Pencegahan & Pengobatan
PENCEGAHAN KETERGANTUNGAN DAN GEJALA PUTUS OBAT
Untuk menghindari putus obat (sakau) parah, umumnya pengguna Morfin harus mengurangi penggunaan obat secara bertahap di bawah pengawasan dokter. Selain itu, dapat pula untuk masuk ke pusat detoksifikasi atau rehabilitasi. Untuk pasien dengan tingkat kecanduan sedang sampai berat dengan penggunaan obat yang relatif lama, detoksifikasi pasien sangat dianjurkan untuk dilakukan pendekatan secara multidisipliner. Pengobatan pada akhirnya akan tergantung pada tingkat kecanduan.
PENGOBATAN UNTUK KECANDUAN MORFIN
1. Dengan HIPNOTERAPI : Untuk pecandu narkoba yang masih tergantung secara biologis terhadap zat adiktif tertentu, sebaiknya mengikuti hipnoterapi dibawah pengawasan dokter. Meskipun dengan pemrograman pikiran bisa membuat pecandu narkoba (Morfin dan sejenisx) menjadi sama sekali tidak ingin dan tidak mau mengkonsumsi narkoba lagi dalam sekali terapi, namun menghentikan konsumsi narkoba secara mendadak mungkin bisa menyebabkan kematian. Maka mintalah pendapat dokter, apakah lebih baik hipnoterapi untuk membuat pecandu sedikit demi sedikit meninggalkan narkoba, atau seketika berhenti.
Sekali lagi, apapun jenis kecanduan yang di alami, pecandu hanya bisa berubah total dengan hipnoterapi apabila pecndu sendiri yang ingin berubah. Apabila keputusan untuk menghilangkan kecanduan atau kebiasaan buruk berasal dari bujukan, paksaan, atau tekanan orang lain, maka kemungkinan berhasil akan lebih kecil atau butuh waktu lebih lama. Kalaupun sudah sembuh, kemungkinan kambuh lagi cukup besar.
2. Dengan Therapy Rumatan Methadon : Metadon digunakan dalam perawatan kecanduan morfin. Methadone adalah sarana pengalihan atau subtitusi bagi para Pecandu napza yang Ketergantungan Opiat atau Morfin. Methadone mempunyai efek toleransi silang yang baik dengan golongan opioid lainnya seperti heroin atau morphine dan oleh karenanya methadone cukup bermanfaat jika digunakan sebagai agen rumatan ketergantungan opoid. Selain itu juga karena waktu paruh dan jangka kerjanya yang lama, akan membuat stabilisasi pasien lebih baik sehingga proses kecanduan terhadap opoid akan berkurang. Dengan demikian usaha-usaha pasien untuk mengkonsumsi substansi heroin, morfin atau obat sejenisnya melalui suntikan juga akan berkurang.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
§ Morfin berasal dari tanaman Papaver Somniferum
§ Morfin adalah alkaloid analgesik yang sangat kuat dan merupakan agen aktif utama yang ditemukan pada opium.
§ Sifat morfin yaitu khasiat analgesik morfin lebih efektif pada rasa nyeri yang terputus-putus (interminten) dan yang batasnya tidak tegas. Dalam dosis cukup tinggi, dapat menghilangkan kolik empedu dan uretur.
¨ Efek umum
§ Penurunan kesadaran
§ Euphoria (rasa gembira luar biasa) rasa inilah yang sering dicari oleh penyalahguna morfin dll.
§ Pengobatan pecandu Morfin yaitu :
- Dengan HIPNOTERAPI
- Dengan Teraphy rumatan Metadon
Daftar pustaka
ª http://yosefw.wordpress.com/2008/11/26/morfin-sang-dewa-mimpi-napza-agustus-2008/
ª http://www.scribd.com/doc/60676600/MORFIN
ª http://yosefw.wordpress.com/category/uncategorized/
ª ttp://www.news-medical.net/health/Morphine-Pharmacokinetics-(Indonesian).aspx
Makalah
TOKSIKOLOGI
“ Analisa Senyawa NAPZA Golongan MORFIN”
Oleh :
Kelompok 1
§ Ana Febrina A.L. - Asniati
§ Adie Ananto - Alank
§ Adlina Damayanti - Aidink Ackbar
Akademi Analis Kesehatan Bina Husada
Kendari
2011
No comments:
Post a Comment